Thursday, 13 December 2018

Artikel Reog Ponorogo





Reog Ponorogo merupakan salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan kota Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, Warok dan Gemblak merupakan sosok yang ikut tampil pada saat Pertunjukkan Reog. Reog adalah salah satu bukti asli kesenian daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Pada hakikatnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun ada salah satu cerita yang paling terkenal yaitu cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Ki Ageng Kutu Merupakan Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu marah akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan sebuah perguruan dimana ia mengajarkan kepada anak-anak muda ilmu seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini yang akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit suatu saat nanti. Sadar bahwa pasukannya terlalu sedikit untuk melawan pasukan kerajaan maka Ki Ageng Kutu Menyampaikan pesan politisnya melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pertunjukan seni Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Dalam Pagelaran Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singo Barong", raja hutan, dan dijadikan simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala tingkah-lakunya.

Jatilan, yang diperankan oleh sekelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang topeng singobarong yang sangat berat.

Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil sebuah tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruannya dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun para murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Meskipun begitu, kesenian Reog sendiri masih diperbolehkan untuk dipertunjukkan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo saat ini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat untuk melamar putri Kediri yang bernama Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegah oleh Raja Singobarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono sewandono dan bersama patihnya yaitu Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini mempunyai ilmu hitam yang mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan trance (kerasukan makhluk halus) saat mementaskan tariannya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang sudah menjadi warisan dari leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga sampai saat ini. Upacaranya pun menggunakan persyaratan yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka mengikuti garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Tarian Reog Ponorogo
Kesenian Reog Ponorogo terdiri dari beberapa dua sampai tiga tarian pembukaan. Sekitar enam sampai sembilan pria gagah berani yang memakai pakaian serba hitam dan majahnya dirias warna merah dengan membawakan tarian pertamanya. Digambarkan oleh para penari ini merupakan sesosok singa yang pemberani. kemudian datang enam hingga sembilan gadis menunggangi kuda-kudaan dan melanjutkan tarian Reog itu. Pada Kesenian Reog tradisional, biasanya para penari ini diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian seperti wanita. Sebagai tarian pembukaan, biasanya ada beberapa anak kecil yang membawakan tarian dengan adegan lucu yang dikenal dengan sebutan tarian Bujang ganong.
Saat tarian pembukaan sudah selesai, selanjutnya pertunjukkan inti yang isinya adalah sesuai dengan kondisi dimana seni reog itu ditampilkan pada acara apa. Misalkan jika berhubungan dengan acara pernikahan, maka biasanya di adegan inti itu mereka menampilkan tarian dengan adegan percintaan. Atau semisal berhubungan dengan acara khitanan, maka biasanya bercerita tentang seorang pendekar yang pemberani.
Adegan dalam seni Reoig Ponorogo ini biasanya tidak sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Untuk memeriahkan acara, selalu ada interaksi antara dalang dengan para pemain, atau kadang-kadang juga dengan penontong yang hadir. Apabila seorang pemain yang sedang tampil kelelahan, biasanya dia diganti oleh pemain yang lain. Namun ,hal yang terpenting juga adalah kepuasan yang dapat dirasakan oleh penonton itu sendiri. Pada adegan terakhir dari pementasan seni ini adalah Tarian Singo Barong. Para pemain menggunakan topeng yang berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu merak hingga menyerupai kipas. Asal kalian tau, berat topeng Singa Barong itu bisa mencapai 50-60 kg. Topeng itu mereka topang dengan menggunakan giginya. kemampuan yang diluar nalar itu mereka peroleh dengan latihan yang berat, yang didalamnya juga terdapat latihan spiritual seperti berpuasa dan bertapa.
Macam Macam Tampilan Tari Kesenian Reog Ponorogo :
1.    Tari Warok (Prajurit Yang Sakti)

Warok itu berasal dari kata wewarah merupakan orang yang mempunyai tekad suci dalam memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa imbalan (Pamrih). Falsafah Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena ia mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik dan benar .Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok merupakan orang yang sudah sempurna dalam tingkah laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).
Warok adalah karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging (diturunkan) sejak zaman dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang mereka kepada generasi penerus. Warok juga merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu lahir maupun batin.
2.    Tari Jathilan (Jaranan)

Jathilan ini awal mulanya diperagakan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng akan tetapi mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim dari kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan acara PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan Gerak tarinya lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo itu lebih cenderung pada halus, lincah dan genit. Hal ini didukung oleh pola gerakan tari ritmis yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik. Jathil adalah prajurit penunggang kuda dan merupakan salah satu tokoh dalam Kesenian Reog Ponorogo. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan (Kelincahan) prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini diperagakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan penari lainnya saling berpasang-Pasangan. Ketangkasan (Kelincahan) dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda dapat ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari Jathilan.
3.    Singa Barong (Dadak merak)

Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling menonjol dalam pagelaran kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (barongan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata atau ditancapkannya bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit manik - manik (tasbih). Krakap yaitu terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group/kelompok kesenian reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50-60 kilogram.
4.    Tarian Raja Klono Sewandono 

Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang mempunyai pusaka andalan yaitu berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka berupa pecut tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di peragakan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, Pernah suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinya pun terkadang diperagakan seperti seorang yang sedang kasmaran.
5.    Tarian Bujang Ganong

Patih Pujangga Anom (Ganongan)  adalah salah satu tokoh yang enerjik,lincah dan kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam ilmu seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh para penonton khususnya anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang berkemauan keras, cekatan, cerdik, jenaka dan sakti.





0 comments:

Post a Comment