Thursday, 20 December 2018

Sejarah Wayang Kulit dan Perkembangannya


Sejarah Wayang Kulit dan Perkembangannya

Sudah lebih dari 10 tahun sejak dinobatkannya kesenian wayang kulit sebagai “Masterpiece” kebudayaan dunia. Konsekuensi logis dari adanya pengakuan pihak UNESCO terhadap Seni Pertunjukkan Wayang Indonesia, maka Kementrerian Kebudayaan dan Pariwisata pada 26 Januari – 2 Februari 2004 lalu telah melaksanakan kegiatan sosialisasi wayang ke luar negeri yaitu ke Prancis, yang dipentaskan di Kota Bordeaux, Nancy (perbatasan dengan Jerman) dan Kota Strassbourg dan terakhir di Kota paris. Kini 12 tahun sudah berlalu sejak hari itu, dan wayang kulit menjadi warisan budaya yang sudah terkenal di Mancanegara.
Kesenian Wayang kulit merupakan salah satu pertunjukan seni yang berasal dari kebudayaan jawa dan sangat terkenal. Hal ini dikarenakan pertunjukan wayang sangat sarat dengan unsur estetika dan pesan moral yang terkandung dalam setiap pertunjukannya. Ada dua 3.pendapat berbeda yang menjelaskan arti kata wayang, yang pertama berasal dari kata “Ma Hyang” yang berarti roh spiritual, dewa , atau Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan pendapat lainnya berasal dari bahasa jawa yang mempunyai arti bayangan. Hal ini dikarenakan, dalam pertunjukan wayang kita hanya dapat melihat bayangan bentuk dari wayang kulit yang dimainkan oleh Dalang.
Wayang kulit sendiri merupakan kekayaan budaya yang mempunyai nilai tinggi karena selain merupakan sebuah seni kriya, pertunjukan wayang kulit mampu menggabungkan beragam kesenian seperti seni sastra, seni musik, dan seni rupa. Seni sastra dari pupuh yang diucapkan oleh dalang , Seni musik dari lantunan alat musik tradisional, dan seni rupa dari visualisasi wayang kulit yang unik dan khas budaya Indonesia.
Kesenian Wayang awalnya hanya Populer di daerah sekitar provinsi jawa tengah dan jawa timur,tapi, kini kesenian wayang kulit telah di kenal di dunia mancanegara. Di bawa oleh Ki Purbo Asmoro, wayang kulit mulai populer di beberapa negara di Asia hingga Eropa. Seperti negara Inggris , Perancis , Yunani , Austria , Jepang, Thailand, Singapura, Amerika, Bolivia dan masih banyak lagi.

Berikut ulasan mengenai sejarah wayang kulit dan perkembangannya :
·         Sejarah wayang kulit dan Kebudayaan hindu budha
Sejarah kesenian wayang kulit tidak terlepas dari sejarah kesenian wayang secara umum. Bila dilihat dari catatan sejarah, belum ada bukti yang konkret mengenai adanya kebudayaan wayang sebelum abad pertama. Hal ini bertepatan dengan masuknya budaya agama Hindu dan Budha ke Asia Tenggara. Hipotesis ini semakin kuat dengan adanya kenyataan yang menunjukkan bahwa seni pertunjukan wayang kulit mayoritas mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata. Walaupun itu bukan merupakan standard yang bisa mengikat dalang. Karena dalam setiap permainannya dalang boleh saja membuat pertunjukan dari lakon carangan (gubahan).
Jivan Pani, seorang budayawan terkenal disana, pernah mengeluarkan pendapat bahwa Kesenian wayang berkembang dari dua jenis seni . Kesenian ini asalnya dari Odisha, India Timur, yaitu Ravana Chhaya yang merupakan sebuah teater boneka dan tarian Chhau. Dari sini berkembang hipotesis baru, bahwa akulturasi kebudayaan India atau Tiongkok merupakan hal yang menciptakan kesenian wayang di indonesia. Karena kedua negara ini memiliki tradisi yang telah berjalan turun-temurun tentang penggunaan bayangan boneka atau pertunjukan teater secara keseluruhan.
·         Wayang kulit di zaman kerajaan
Bukti konkret yang pertama ditemukan yaitu membahas mengenai kesenian wayang berbentuk sebuah catatan. Catatan ini mengarah pada sebuah prasasti yang bisa dilacak berasal dari tahun 930. Prasasti tersebut menyebutkan tentang si Galigi mawayang. Yang dimaksud Galigi adalah seorang dalang dalam pertunjukan wayang kulit. Sesuai dengan isi kitab  “Kakawin Arjunawiwaha” ciptaan Empu Kanwa, pada tahun 1035. Diterangkan bahwa sosok si Galigi adalah seorang yang cepat, dan hanya berjarak satu wayang dari Jagatkarana atau dalang terbesar hanyalah berjarak satu layar dari kita.
Dimulai dengan Wayang Purwa pertama kali dimiliki oleh Sri Jayabaya yang merupakan Raja Kediri pada tahun 939 M. Wayang Purwa kemudian berkembang pada tahun 1223 M oleh Raden Panji di Jenggala. Pada tahun 1283 M Raden Jaka Susuruh membuat Wayang dari kertas . Wayang buatan Raden Jaka ini yang dikenal dengan “Wayang Beber“. Semakin lama Sangging Prabangkara pada tahun 1301 M mengembangkan karakter wayang beber sesuai dengan perannya.
·         Wayang kulit pada zaman kerajaan islam
Tidak asing di telinga kita nama Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari tokoh sembilan wali (Wali Songo). Beliau mempunyai nama asli Joko Said yang lahir pada 1450 M. Wayang kulit yang ada pada sekarang ini adalah karya inovasi dari Sunan Kalijaga. Wayang Beber Kuno yang menggambarkan wujud manusia secara detail dan dibuat menjadi lebih samar. Karakter Wayang seperti Bagong, Petruk, dan Gareng adalah lakon ciptaan Sunan Kalijaga. Lakon-lakon tersebut dibuat sedemikian rupa agar dapat membawa hawa islam pada pertunjukan wayang kulit yang saat itu masih di dominasi kebudayaan agama Hindu Budha.
Dari zaman sekarang ini, tercipta beberapa istilah perwayangan yang sebenarnya merupakan serapan atau merujuk pada bahasa Arab seperti:
1.    Dalang, berasal dari kata “Dalla” yang mempunyai arti menunjukkan. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan keinginan agar Dalang dapat menunjukkan kebenaran kepada para penonton wayang.
2.    Tokoh Semar, berasal dari kata “Simaar” yang mempunyai arti paku. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud tokoh Semar ini akan menginspirasi orang yang menonton agar memiliki karakter iman yang kuat dan kokoh seperti paku.
3.    Tokoh Petruk, berasal dari kata “Fat-ruuk” yang mempunyai arti tinggalkan. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud tokoh Petruk ini memberitahu kita bahwa seseorang harus meninggalkan apa yang disembah kecuali Allah semata.
4.    Tokoh Gareng, berasal dari kata “Qariin” yang mempunyai arti teman. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud agar seseorang muslim harus pandai mencari teman untuk diajak menuju jalan kebaikan.

5.    Tokoh Bagong, yang berasal dari kata “Baghaa” yang mempunyai arti berontak. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud agar seseorang muslim harus memberontak ketika melihat kedzaliman di hadapannya.


·         Wayang di dunia Internasional
Wayang di Dunia Internasional terjadi tepat pada tanggal 7 November 2003, Wayang Kulit dijadikan sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit juga termasuk sebagai daftar representatif budaya tak benda warisan manusia oleh UNESCO,UNESCO merupakan sebuah lembaga budaya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Barulah pada tanggal 21 April 2004 di Paris-Perancis berlangsung upacara penyerahan piagam penghargaannya.
Hal ini tentu menjadi hal yang sangat membanggakan, Koichiro Matsuura menyerahkan Piagam Penghargaan Wayang Indonesia kepada Drs. H. Solichin selaku Ketua Umum SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) yang mewakili masyarakat Pewayangan Indonesia. Wayang telah menjadi dampak positif bagi citra bangsa Indonesia di Dunia Mancanegara. Karena Wayang merupakan Suatu prestasi budaya yang luar biasa, sekaligus sebagai tantangan apakah kita mampu melestarikan dan mengembangkan wayang bagi semua kepentingan.



0 comments:

Post a Comment