Thursday, 17 January 2019

Keunikan Tari Kecak Bali


Keunikan Tari Kecak Bali – Tari Kecak Merupakan Tari yang terkenal di pulau Dewata Propinsi Bali karena tariannya yang sangat unik, tari kecak bali biasa disebut The Monkey Dance. Tari kecak bali sudah sangat terkenal bahkan nama harumnya sampai ke seluruh Mancanegara.  Adegan-adegan tari kecak telah dipromosikan di beberapa buku petunjuk pariwisata dan lain-lainnya. 
Keunikan Tati Kecak Bali. Bila kita bahas tentang tari kecak Bali ini, maka kita akan menemukan bahwa istilah tari kecak diartikan sebagai sebuah nama yang diambil dari suara tarian ini sendiri, yaitu para pemainnya bersuara cak, cak, cak, cak, cak,. Suara yang meskipun yang dianggap aneh ini akan tetapi unik dan mengandung nilai seni tinggi ini diucapkan sepanjang tari kecak Bali dipertunjukkan.

Tari Kecak berbeda dengan jenis seni pertunjukan Bali lainnya, Tari Kecak mempunyai keunikan karena tidak mengandalkan instrumen alat musik untuk mengiringi tarian, melainkan paduan suara dari para penarinya. Yang bunyi “cak, cak, cak...” dan ditata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu paduan yang sangat harmonis dan kompak, diselingi dengan beberapa aksi dan ucapan-ucapan lainnya. Para penari yang bersuara “cak, cak, cak...” tersebut biasanya tidak memakai baju atau bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain kotak-kotak
seperti papan catur yang melingkari pinggang mereka. Sedangkan tokoh Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman, maupun Sugriwa memakai pakaian seperti umumnya pada pertunjukan ketoprak.

Dalam tarian ini, ritme bebunyian yang disuarakan oleh para penari cukup menghadirkan aura mistis bagi para penonton. Apalagi setelah cerita Ramayana dalam tarian ini selesai dipentaskan, pertunjukan disambung dengan tarian Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran yang para penarinya diyakini kerasukan roh halus, sehingga kebal ketika menari di atas bara api.
Tarian ini merupakan tarian yang bertujuan mengusir roh-roh jahat yang dipentaskan oleh dua gadis yang masih perawan. Sementara Sanghyang Jaran adalah tarian yang dimainkan oleh lelaki kesurupan yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seekor kuda dan menari di atas bara api. Karena ciri khas dari Tarian Sanghyang Jaran ini, Tari Kecak juga biasa dikenal dengan sebutan Tarian Kecak dan Api (Kecak and Fire Dance). Pertunjukan terakhir ini semacam bonus tambahan yang dapat mengundang decak kagum para penonton. Usai pertunjukan, penonton juga dipersilahkan untuk berfoto bersama para penari.

Tari kecak Bali terus mengalami perubahan dan perkembangan sejak tahun 1970-an. Perkembangan yang dapat dilihat yaitu dari segi cerita dan pementasan. Dari segi cerita untuk pertunjukkan tidak hanya berpatokan pada satu bagian dari Ramayana tapi juga bagian bagian cerita yang lain dari Ramayana.

Kemudian dari segi pementasan juga mulai mengalami perkembangan yang tidak hanya ditemui di satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa desa yang lain di Bali mulai mengembangkan tari kecak sehingga di seluruh provinsi Bali terdapat puluhan group tari kecak dimana anggotanya biasanya para anggota banjar. Kegiatan kegiatan seperti festival tari Kecak juga sering diselenggarakan di Bali baik oleh pemerintah atau pun oleh sekolah seni yang ada di Bali. Serta dari jumlah penari terbanyak yang pernah dipentaskan dalam tari kecak tercatat pada tahun 1979 yang melibatkan 500 orang penari. Pada saat itu dipentaskan tari kecak dengan mengambil cerita dari Mahabarata. Namun rekor ini dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan tari kecak kolosal dengan 5000 penari pada tanggal 29 September 2006, di Tanah Lot, Tabanan, Bali.

Tari Kecak Bali merupakan hasil kreasi seorang penari kenamaan Bali, I Wayan Limbak, dan seorang pelukis berkebangsaan Jerman, Walter Spies, pada tahun 1930-an. Pada awalnya, dua seniman ini terpesona oleh tari-tarian dalam ritual Sanghyang yang para penarinya menari dalam kondisi kerasukan roh makhluk halus. Ritual Sanghyang sendiri merupakan ritual masyarakat Bali yang bersumber dari tradisi pra-Hindu dengan tujuan untuk menolak bala atau musibah. Ritual ini kemudian diakui oleh I Wayan Limbak dan Walter Spies menjadi sebuah seni pertunjukan untuk umum dan ditampilkan di berbagai negara di Eropa dengan nama Tari Kecak. 

Tari Kecak dimainkan oleh sejumlah penari (umumnya laki-laki), antara 50 sampai 150 orang, dengan durasi antara 45—60 menit. Tarian ini mengkomposisikan instrumen vokal para penarinya (a cappella) dengan bersuara “cak, cak, cak...” sambil mengangkat kedua lengan untuk mengiringi cerita epik Ramayana yang menjadi cerita utama dalam tarian ini. Oleh karena paduan suara yang diucapkan para penari dianggap mirip dengan suara monyet, maka turis mancanegara sering kali menyebut tarian ini sebagai “Mongkey Dance”.

Penggalan epik Ramayana yang menjadi sumber inti cerita adalah kisah penculikan Dewi Sinta (istri sang Rama) oleh Raja Rahwana dari negeri Alengka. Dalam tarian ini digambarkan bagaimana Rama berjuang untuk membebaskan kekasihnya, Dewi Sinta, yang diculik dan dibawa kabur oleh Raja Rahwana. Kisah ini bertambah seru karena perjuangan sang Rama dibantu oleh Si kera Putih (Hanoman) dan Sugriwa. Selain mementaskan cerita epik Ramayana, Tari Kecak juga menampilkan Tarian Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran yang sekaligus sebagai penutup pertunjukan. Itulah keunikan tari kecak Bali.


0 comments:

Post a Comment