Keunikan Tari Kecak Bali – Tari Kecak Merupakan Tari yang terkenal di pulau Dewata Propinsi Bali karena tariannya yang sangat unik, tari kecak bali biasa disebut The
Monkey Dance. Tari kecak bali sudah sangat terkenal bahkan nama harumnya
sampai ke seluruh Mancanegara. Adegan-adegan tari
kecak telah dipromosikan di beberapa buku petunjuk pariwisata dan
lain-lainnya.
Keunikan Tati Kecak Bali. Bila kita bahas
tentang tari kecak Bali ini, maka kita akan menemukan bahwa istilah tari kecak
diartikan sebagai sebuah nama yang diambil dari suara tarian ini sendiri, yaitu
para pemainnya bersuara cak, cak, cak, cak, cak,. Suara yang meskipun yang
dianggap aneh ini akan tetapi unik dan mengandung nilai seni tinggi ini
diucapkan sepanjang tari kecak Bali dipertunjukkan.
Tari Kecak berbeda
dengan jenis seni pertunjukan Bali lainnya, Tari Kecak mempunyai keunikan
karena tidak mengandalkan instrumen alat musik untuk mengiringi tarian,
melainkan paduan suara dari para penarinya. Yang bunyi “cak, cak, cak...” dan ditata
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu paduan yang sangat harmonis dan
kompak, diselingi dengan beberapa aksi dan ucapan-ucapan lainnya. Para penari yang
bersuara “cak, cak, cak...” tersebut biasanya tidak memakai baju atau
bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain kotak-kotak
seperti papan catur
yang melingkari pinggang mereka. Sedangkan tokoh Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman,
maupun Sugriwa memakai pakaian seperti umumnya pada pertunjukan ketoprak.
Dalam tarian ini,
ritme bebunyian yang disuarakan oleh para penari cukup menghadirkan aura mistis
bagi para penonton. Apalagi setelah cerita Ramayana dalam tarian ini selesai
dipentaskan, pertunjukan disambung dengan tarian Sanghyang Dedari dan Sanghyang
Jaran yang para penarinya diyakini kerasukan roh halus, sehingga kebal ketika
menari di atas bara api.
Tarian ini merupakan tarian yang bertujuan
mengusir roh-roh jahat yang dipentaskan oleh dua gadis yang masih perawan.
Sementara Sanghyang Jaran adalah tarian yang dimainkan oleh lelaki kesurupan
yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seekor kuda dan menari di atas
bara api. Karena ciri khas dari Tarian Sanghyang Jaran ini, Tari Kecak juga biasa
dikenal dengan sebutan Tarian Kecak dan Api (Kecak and Fire Dance). Pertunjukan
terakhir ini semacam bonus tambahan yang dapat mengundang decak kagum para
penonton. Usai pertunjukan, penonton juga dipersilahkan untuk berfoto bersama
para penari.
Tari kecak Bali terus
mengalami perubahan dan perkembangan sejak tahun 1970-an. Perkembangan yang
dapat dilihat yaitu dari segi cerita dan pementasan. Dari segi cerita untuk
pertunjukkan tidak hanya berpatokan pada satu bagian dari Ramayana tapi juga
bagian bagian cerita yang lain dari Ramayana.
Kemudian dari segi
pementasan juga mulai mengalami perkembangan yang tidak hanya ditemui di satu
tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa desa yang lain di Bali mulai
mengembangkan tari kecak sehingga di seluruh provinsi Bali terdapat puluhan
group tari kecak dimana anggotanya biasanya para anggota banjar. Kegiatan
kegiatan seperti festival tari Kecak juga sering diselenggarakan di Bali baik
oleh pemerintah atau pun oleh sekolah seni yang ada di Bali. Serta dari jumlah
penari terbanyak yang pernah dipentaskan dalam tari kecak tercatat pada tahun
1979 yang melibatkan 500 orang penari. Pada saat itu dipentaskan tari kecak
dengan mengambil cerita dari Mahabarata. Namun rekor ini dipecahkan oleh
Pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan tari kecak kolosal dengan
5000 penari pada tanggal 29 September 2006, di Tanah Lot, Tabanan, Bali.
Tari Kecak Bali merupakan hasil kreasi seorang penari kenamaan Bali, I Wayan Limbak,
dan seorang pelukis berkebangsaan Jerman, Walter Spies, pada tahun 1930-an.
Pada awalnya, dua seniman ini terpesona oleh tari-tarian dalam ritual Sanghyang
yang para penarinya menari dalam kondisi kerasukan roh makhluk halus. Ritual
Sanghyang sendiri merupakan ritual masyarakat Bali yang bersumber dari tradisi
pra-Hindu dengan tujuan untuk menolak bala atau musibah. Ritual ini kemudian
diakui oleh I Wayan Limbak dan Walter Spies menjadi sebuah seni pertunjukan
untuk umum dan ditampilkan di berbagai negara di Eropa dengan nama Tari
Kecak.
Tari Kecak dimainkan
oleh sejumlah penari (umumnya laki-laki), antara 50 sampai 150 orang, dengan
durasi antara 45—60 menit. Tarian ini mengkomposisikan instrumen vokal para penarinya
(a cappella) dengan bersuara “cak, cak, cak...” sambil mengangkat kedua lengan
untuk mengiringi cerita epik Ramayana yang menjadi cerita utama dalam tarian
ini. Oleh karena paduan suara yang diucapkan para penari dianggap mirip dengan
suara monyet, maka turis mancanegara sering kali menyebut tarian ini sebagai
“Mongkey Dance”.
Penggalan epik
Ramayana yang menjadi sumber inti cerita adalah kisah penculikan Dewi Sinta
(istri sang Rama) oleh Raja Rahwana dari negeri Alengka. Dalam tarian ini
digambarkan bagaimana Rama berjuang untuk membebaskan kekasihnya, Dewi Sinta,
yang diculik dan dibawa kabur oleh Raja Rahwana. Kisah ini bertambah seru
karena perjuangan sang Rama dibantu oleh Si kera Putih (Hanoman) dan Sugriwa.
Selain mementaskan cerita epik Ramayana, Tari Kecak juga menampilkan Tarian
Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran yang sekaligus sebagai penutup
pertunjukan. Itulah keunikan
tari kecak Bali.
0 comments:
Post a Comment