Wednesday, 26 December 2018

Sejarah berdirinya Pencak Silat di Indonesia dan Dunia serta Perkembangannya


Sejarah Awal Mula Pencak Silat di Indonesia dan Dunia - Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang saat ini telah mendunia. Istilah Silat sendiri sudah terkenal oleh masyarakat Asia Tenggara, mulai dari Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand dan Filipina. Di Indonesia, istilah “Pencak” banyak dipakai di daerah Jawa, sedangkan “Silat” dipakai di Sumatera, Semenanjung Malaya dan Kalimantan.

Jika ditelusuri lebih jauh, sebenarnya pencak silat ini tersebar melalui leluri atau dari mulut ke mulut yaitu secara lisan. Seperti dari guru ke muridnya contohnya. Sehingga tidak heran jika kita sulit menemukan sejarah tertulis mengenai pencak silat ini.

Bahkan ada yang mengatakan bahwa sejarah berdirinya pencak silat ini telah tersebar melalui berbagai cerita seperti beberapa legenda di berbagai daerah, seperti dari daerah satu ke daerah lain dan menyeluruh ke tanah air nusantara. Jadi, tidak heran jika dulu di masa kerajaan Majapahit atau Sriwijaya sangat pandai dalam bertarung. Karena mereka semua khususnya para prajurit perang telah dibekali ilmu pencak silat yang tinggi agar mereka dapat bertarung dengan musuh dengan kemahirannya.

Kesenian Pencak Silat di Indonesia dan Dunia
Sebagai contoh yaitu legenda dari Minangkabau yang mengatakan silat dengan bahasanya yaitu ‘silek’. Masyarakat Minangkabau meyakini bahwa pencak silat  didirikan oleh Datuk Suri Draja dari Priangan, Tanah Datar yang berada di kaki Gunung Marapipada. Datuk Suri menciptakan tradisi silat dan mulai menyebarkankannya pada abad ke-11. Dan pencak silat pun akhirnya menyebar ke seluruh tanah nusantara termasuk Indonesia. Tanah Nusantara ini di antaranya Indonesia, Myanmar, Malaysia, Brunei Darussalam, sebagian Singapura, dan Negara-negara lainnya yang berada di benua Asia bagian Tenggara. 

Lalu, seiring berjalannya waktu, silek atau silat ini mulai berkembang ke berbagai Negara yaitu tanah Asia Tenggara oleh para perantauan Minang. Mungkin Kalian pernah mendengar Cerita tentang Silat Cimande” yang menceritakan tentang seorang perempuan yang melakukan silat dengan meniru gerakan dua hewan yaitu monyet dan harimau. Dan masih banyak lagi para tokoh-tokoh silat lainnya. Tentunya di setiap daerah pasti memiliki tokoh silat masing-masing dengan berbagai keahlian dan jurus silat yang dimiliki para tokoh silat daerah atau yang disebut sebagai pendekar. Contoh Para pendekar tersebut adalah Si Pitung dari Betawi, Hang Tuah, dan Gajah Mada dari Jawa, dan masih banyak lagi pendekar-pendekar sebagai tokoh silat di daerahnya masing-masing yang memiliki keahlian yang berbeda-beda pula.

Donald F. Draeger yang merupakan salah seorang pengamat silat ini telah berpendapat bahwa bukti dari adanya pencak silat ini bisa dilihat dari beberapa artefak senjata yang telah ditemukannya. Senjata-senjata yang ditemukan ini dipercayai berasal dari masa klasik yaitu pada masa Hindu-Budha di tanah Nusantara. Bahkan ia juga mengakui terdapat adanya sejarah pencak silat ini melalui relief yang berbentuk orang dengan gaya kuda-kudanya di Candi Prambanan dan Candi Borobudur.

Perkembangan Pencak Silat
Silat berkembang dari ilmu bela diri dan seni tari rakyat, Silat menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan para penjajah Belanda, tercatat para pendekar seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia, menggunakan pencak silat untuk melawan dan mengusir penjajah.

Seiring berkembangnya zaman, silat sampai saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu khususnya yang berada di daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan bahasa melayu (lingua franca) di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya.

Organisasi Pencak Silat
Karena pencak silat mulai berkembang seiring berjalannya waktu, maka mulai terbentuklah berbagai organisasi pencak silat ,di antaranya:

PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa)
IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)
FP2STI (Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia)
PESAKA Malaysia (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia)
PERSISI (Persekutuan Silat Siungapore)
EPSF (European Pencak Silat Federation)
Menurut PERSILAT, organisasi yang terdaftar secara resmi yaitu terdapat 33 organisasi pencak silat yang berdiri di berbagai Negara seluruh dunia. 


Thursday, 20 December 2018

Sejarah Wayang Kulit dan Perkembangannya


Sejarah Wayang Kulit dan Perkembangannya

Sudah lebih dari 10 tahun sejak dinobatkannya kesenian wayang kulit sebagai “Masterpiece” kebudayaan dunia. Konsekuensi logis dari adanya pengakuan pihak UNESCO terhadap Seni Pertunjukkan Wayang Indonesia, maka Kementrerian Kebudayaan dan Pariwisata pada 26 Januari – 2 Februari 2004 lalu telah melaksanakan kegiatan sosialisasi wayang ke luar negeri yaitu ke Prancis, yang dipentaskan di Kota Bordeaux, Nancy (perbatasan dengan Jerman) dan Kota Strassbourg dan terakhir di Kota paris. Kini 12 tahun sudah berlalu sejak hari itu, dan wayang kulit menjadi warisan budaya yang sudah terkenal di Mancanegara.
Kesenian Wayang kulit merupakan salah satu pertunjukan seni yang berasal dari kebudayaan jawa dan sangat terkenal. Hal ini dikarenakan pertunjukan wayang sangat sarat dengan unsur estetika dan pesan moral yang terkandung dalam setiap pertunjukannya. Ada dua 3.pendapat berbeda yang menjelaskan arti kata wayang, yang pertama berasal dari kata “Ma Hyang” yang berarti roh spiritual, dewa , atau Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan pendapat lainnya berasal dari bahasa jawa yang mempunyai arti bayangan. Hal ini dikarenakan, dalam pertunjukan wayang kita hanya dapat melihat bayangan bentuk dari wayang kulit yang dimainkan oleh Dalang.
Wayang kulit sendiri merupakan kekayaan budaya yang mempunyai nilai tinggi karena selain merupakan sebuah seni kriya, pertunjukan wayang kulit mampu menggabungkan beragam kesenian seperti seni sastra, seni musik, dan seni rupa. Seni sastra dari pupuh yang diucapkan oleh dalang , Seni musik dari lantunan alat musik tradisional, dan seni rupa dari visualisasi wayang kulit yang unik dan khas budaya Indonesia.
Kesenian Wayang awalnya hanya Populer di daerah sekitar provinsi jawa tengah dan jawa timur,tapi, kini kesenian wayang kulit telah di kenal di dunia mancanegara. Di bawa oleh Ki Purbo Asmoro, wayang kulit mulai populer di beberapa negara di Asia hingga Eropa. Seperti negara Inggris , Perancis , Yunani , Austria , Jepang, Thailand, Singapura, Amerika, Bolivia dan masih banyak lagi.

Berikut ulasan mengenai sejarah wayang kulit dan perkembangannya :
·         Sejarah wayang kulit dan Kebudayaan hindu budha
Sejarah kesenian wayang kulit tidak terlepas dari sejarah kesenian wayang secara umum. Bila dilihat dari catatan sejarah, belum ada bukti yang konkret mengenai adanya kebudayaan wayang sebelum abad pertama. Hal ini bertepatan dengan masuknya budaya agama Hindu dan Budha ke Asia Tenggara. Hipotesis ini semakin kuat dengan adanya kenyataan yang menunjukkan bahwa seni pertunjukan wayang kulit mayoritas mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata. Walaupun itu bukan merupakan standard yang bisa mengikat dalang. Karena dalam setiap permainannya dalang boleh saja membuat pertunjukan dari lakon carangan (gubahan).
Jivan Pani, seorang budayawan terkenal disana, pernah mengeluarkan pendapat bahwa Kesenian wayang berkembang dari dua jenis seni . Kesenian ini asalnya dari Odisha, India Timur, yaitu Ravana Chhaya yang merupakan sebuah teater boneka dan tarian Chhau. Dari sini berkembang hipotesis baru, bahwa akulturasi kebudayaan India atau Tiongkok merupakan hal yang menciptakan kesenian wayang di indonesia. Karena kedua negara ini memiliki tradisi yang telah berjalan turun-temurun tentang penggunaan bayangan boneka atau pertunjukan teater secara keseluruhan.
·         Wayang kulit di zaman kerajaan
Bukti konkret yang pertama ditemukan yaitu membahas mengenai kesenian wayang berbentuk sebuah catatan. Catatan ini mengarah pada sebuah prasasti yang bisa dilacak berasal dari tahun 930. Prasasti tersebut menyebutkan tentang si Galigi mawayang. Yang dimaksud Galigi adalah seorang dalang dalam pertunjukan wayang kulit. Sesuai dengan isi kitab  “Kakawin Arjunawiwaha” ciptaan Empu Kanwa, pada tahun 1035. Diterangkan bahwa sosok si Galigi adalah seorang yang cepat, dan hanya berjarak satu wayang dari Jagatkarana atau dalang terbesar hanyalah berjarak satu layar dari kita.
Dimulai dengan Wayang Purwa pertama kali dimiliki oleh Sri Jayabaya yang merupakan Raja Kediri pada tahun 939 M. Wayang Purwa kemudian berkembang pada tahun 1223 M oleh Raden Panji di Jenggala. Pada tahun 1283 M Raden Jaka Susuruh membuat Wayang dari kertas . Wayang buatan Raden Jaka ini yang dikenal dengan “Wayang Beber“. Semakin lama Sangging Prabangkara pada tahun 1301 M mengembangkan karakter wayang beber sesuai dengan perannya.
·         Wayang kulit pada zaman kerajaan islam
Tidak asing di telinga kita nama Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari tokoh sembilan wali (Wali Songo). Beliau mempunyai nama asli Joko Said yang lahir pada 1450 M. Wayang kulit yang ada pada sekarang ini adalah karya inovasi dari Sunan Kalijaga. Wayang Beber Kuno yang menggambarkan wujud manusia secara detail dan dibuat menjadi lebih samar. Karakter Wayang seperti Bagong, Petruk, dan Gareng adalah lakon ciptaan Sunan Kalijaga. Lakon-lakon tersebut dibuat sedemikian rupa agar dapat membawa hawa islam pada pertunjukan wayang kulit yang saat itu masih di dominasi kebudayaan agama Hindu Budha.
Dari zaman sekarang ini, tercipta beberapa istilah perwayangan yang sebenarnya merupakan serapan atau merujuk pada bahasa Arab seperti:
1.    Dalang, berasal dari kata “Dalla” yang mempunyai arti menunjukkan. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan keinginan agar Dalang dapat menunjukkan kebenaran kepada para penonton wayang.
2.    Tokoh Semar, berasal dari kata “Simaar” yang mempunyai arti paku. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud tokoh Semar ini akan menginspirasi orang yang menonton agar memiliki karakter iman yang kuat dan kokoh seperti paku.
3.    Tokoh Petruk, berasal dari kata “Fat-ruuk” yang mempunyai arti tinggalkan. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud tokoh Petruk ini memberitahu kita bahwa seseorang harus meninggalkan apa yang disembah kecuali Allah semata.
4.    Tokoh Gareng, berasal dari kata “Qariin” yang mempunyai arti teman. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud agar seseorang muslim harus pandai mencari teman untuk diajak menuju jalan kebaikan.

5.    Tokoh Bagong, yang berasal dari kata “Baghaa” yang mempunyai arti berontak. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud agar seseorang muslim harus memberontak ketika melihat kedzaliman di hadapannya.


·         Wayang di dunia Internasional
Wayang di Dunia Internasional terjadi tepat pada tanggal 7 November 2003, Wayang Kulit dijadikan sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit juga termasuk sebagai daftar representatif budaya tak benda warisan manusia oleh UNESCO,UNESCO merupakan sebuah lembaga budaya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Barulah pada tanggal 21 April 2004 di Paris-Perancis berlangsung upacara penyerahan piagam penghargaannya.
Hal ini tentu menjadi hal yang sangat membanggakan, Koichiro Matsuura menyerahkan Piagam Penghargaan Wayang Indonesia kepada Drs. H. Solichin selaku Ketua Umum SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) yang mewakili masyarakat Pewayangan Indonesia. Wayang telah menjadi dampak positif bagi citra bangsa Indonesia di Dunia Mancanegara. Karena Wayang merupakan Suatu prestasi budaya yang luar biasa, sekaligus sebagai tantangan apakah kita mampu melestarikan dan mengembangkan wayang bagi semua kepentingan.



Thursday, 13 December 2018

Kesenian Tradisional Jawa Timur Lengkap Dengan Penjelasannya


Kesenian Tradisional Jawa Timur Lengkap Dengan Penjelasannya - Jawa Timur memiliki macam macam kesenian khas yang berkembang pada masyarakatnya sampai saat ini. Beberapa kesenian tradisional Jawa Timur yang masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat Jawa Timur diantaranya adalah sebagai berikut.
1.   Tarian Tradisional Jawa Timur



Seni tari tradisional Daerah jawa Timur yang dikenal masyarakatnya sangatlah beragam. Seni tari tradisional di Wilayah Jawa Timur secara umum dikelompokkan ke dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan trian gaya Madura. Beberapa seni tari tradisional khas Jawa Timur Diantaranya Yaitu Tari Remo, Tari Seblang, Tari Barongan, Tari Gandrung Banyuwangi, Tari Jaran Kepang, Tari Kalipang, Tari Jejer, Tari Pecut, dan lain sebagainya.

2.   Seni Drama Tradisional Jawa Timur


Kesenian drama tradisional adalah seni pertunjukan dengan suatu cerita yang disertai gerak-gerik dan dialog (percakapan) dari para pemainnya. Seni drama tradisional yang diperagakan manusia disebut teater tradisional, sedangkan seni drama tradisional yang diperankan dengan menggunakan bantuan alat peraga disebut teater boneka. Berbagai jenis seni drama tradisional yang terdapat di Provinsi Jawa Timur sebagai diantaranya sebagai berikut :
  • Ludruk adalah teater tradisional yang sangat merakyat di Provinsi Jawa Timur. Kesenian ludruk memiliki beberapa ciri khas, antara lain selalu menghadirkan tandhak, yaitu pemain pria yang memainkan peran sebagai wanita, diawali dengan tari Remo (Ngremo) sebagai tarian pembuka, serta ada nyanyian-nyanyian sindiran yang kemudian di gunakan untuk membuka cerita. Dialognya menggunakan bahasa Jawa Timuran yang dalam pertunjukannya selalu dibumbui dengan pantun-pantun (parikan) yang Lucu.
  • Reog Ponorogo Merupakan sebuah sendratari tradisional yang berasal dari Kota Ponorogo. Pertunjukan ini didukung oleh kekuatan mistik sehingga dapat menimbulkan kesan menyeramkan. Sebuah grup reog dipimpin oleh seorang warok (Pasukan yang Sakti).
  • Kethoprak  adalah Kesenian teater tradisional yang terkenal di Wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada awalnya kethoprak merupakan permainan masyarakat desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung secara berirama pada saat bulan purnama. Kethoprak ini biasa dikenal dengan sebutan gejog.
  • Wayang wong atau wayang orang merupakan bentuk pewayangan panggung dengan pemainnya terdiri atas orang-orang yang berperan sebagai tokoh-tokoh wayang dengan mempergunakan perangkat atau pakaian yang dibuat seperti dengan pakaian yang ada pada wayang kulit.
  • Topeng dalang termasuk jenis Kesenian teater tradisional dengan pemain terdiri dari pengrawit (penabuh gamelan), dalang, dan penari. Cerita yang pentaskan dalam kesenian topeng dalang biasanya cerita Ramayana dan Mahabarata.
  • Jemblung adalah teater tradisional yang berkembang di Desa Bandar dan Lirboyo, Kediri. Unsur-unsur yang terdapat pada kesenian jemblung yaitu meliputi dalang, panjak, musik pengiring, dan pesinden. Alat Gamelan sebagai pengiringnya terdiri atas kendang, kethuk, kenong, penerus (titil), terbang, dan jidor. Tembang yang dinyanyikan oleh pesinden berupa syair atau puisi, yang biasanya ditekankan pada shalawatan. Ceritanya berisi tentang adaptasi (penyesuaian) dari cerita Arab atau Persia.
  • Janger Banyuwangen adalah perpaduan antara kesenian drama Andhe-Andhe Lumut dengan tari Arja dari Pulau Bali. Kesenian ini biasa disebut Dhamarulan atau Jinggoan dengan menampilkan cerita rakyat Banyuwangi, yaitu DhamarwuIan-Minak Jingga.
  • Wayang merupakan bentuk kesenian teater tradisional yang menggunakan boneka wayang sebagai peraganya. Sarana lain yang digunakan adalah kelir (layar), pelepah pisang, blencong sebagai sarana pencahayaan, kotak sebagai alat untuk menyimpan boneka wayang, dan cempala sebagai alat untuk memukul kotak. Jenis - jenis wayang yang terdapat di Jawa Timur, antara lain yaitu wayang timplong di Kabupaten Nganjuk, wayang brayut di Kediri, Trenggalek, dan Tulungagung, wayang suluh di Bojonegoro, wayang krucil di Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek, wayang beber di Pacitan, serta wayang purwo dapat dijumpai dihampir seluruh wilayah Jawa Timur.
  • Karapan sapi adalah kesenian khas masyarakat Madura yang biasa dilaksanakan setelah panen padi dengan mengadakan lomba balapan sapi, yang disebut dengan karabe sape. Kesenian ini berawal dan alasan untuk menambah semangat petani dalam menggarap sawah. Akan tetapi, lama kelamaan masyarakat menjadi gemar melakukan adu balap sapi ini. Kemudian karapan sapi ini berkembang menjadi sebuah kesenian atau hiburan bagi masyarakat Madura. Kesenian ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa bahagia masyarakat setelah melakukan kerja berat di lahan pertanian mereka.

Alat Musik Tradisional Jawa Timur


Alat musik tradisional daerah Jawa Timur pada umumnya sama saja dengan alat-alat musik tradisional/ daerah yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah, yaitu gamelan. Ada berbagai macam Jenis alat musik lain juga terdapat di Provinsi Jawa Timur. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi berbagai jenis acara pertunjukan/kesenian. Berikut beberapa macam jenis musik beserta alat musik yang digunakan untuk mengiringi. Berikut Beberapa seni musik tradisional di Wilayah Provinsi Jawa Timur :
  • Gamelan adalah jenis musik tradisional Jawa yang terdiri atas beberapa instrumen (alat) musik, seperti bonang, saron, kendang, gong, gambang, gender, demung, ketuk, dan rebab. Seperangkat alat musik gamelan yang terdiri atas gamelan laras slendro dan laras pelog disebut gamelan sepangkon. 
  • Pengiring Reog adalah jenis musik yang digunakan untuk mengiringi kesenian Reog Ponorogo yang terdiri atas terompet, gong, dan kendang.
  • Patrol adalah jenis musik yang peralatannya menggunakan kentongan dari pohon bambu atau kayu yang dibunyikan dengan irama yang teratur sehingga menghasilkan suara yang enak didengar. Pada awalnya alat musik kentongan biasa digunakan untuk kegiatan ronda malam (siskamling), kemudian berkembang menjadi musik yang dimainkan pada malam hari di bulan Ramadan untuk membangunkan orang sahur.
  • Gedokan merupakan jenis musik tradisional dari daerah Kabupaten Banyuwangi yang dipentaskan pada acara orang punya hajatan. Alat musiknya terdiri dari lumpang (lesung), alu (antan), dan dua potong besi.
  • Bordah adalah jenis musik tradisional dari daerah Kabupaten Banyuwangi yang bernafaskan Agama Islam. Alat musiknya terdiri atas terbangan atau rebana dalam berbagai macam ukuran. Rebana tersebut dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu kasidahan atau Sholawatan.
  • Terbang adalah jenis musik tradisional dari daerah Kabupaten Banyuwangi yang bernafaskan Islam. Alat musiknya terdiri dari rebana yang di jadikan sebagai alat musik pokok yang dilengkapi dengan kendang, ketuk, jidor (bedhug) dengan tiga macam ukuran, gong, dan organ.
  • Angklung adalah musik tradisional dari daerah Kabupaten Banyuwangi yang dimainkan oleh 12-14 orang dengan peralatan angklung, kendang, saron, dan gong. Jenis musik-musik angklung ada empat macam, yaitu angklung caruk, angklung tetak, angklung paglak, dan angklung blambangan.
Lagu Daerah Jawa Timur
Istilah lagu daerah biasa disebut sebagai lagu rakyat. Lagu-lagu derah Jawa Timur antara lain, Kerraban Sape, Bapak Tane (Pajjer Laggu), Lir-Saailir, Dulkanaa’ Dulkannong, Gai’ Bintang, Bing Ana’, Grimis-Grimis, Jembatan Merah, Surabaya Oh Surabaya, dan Rek Ayo Rek. Selain lagu daerah, ada beberapa suku bangsa di Provinsi Jawa Timur juga mengenal tembang yang terdiri atas:
  • Tembang Gedhe (Sekar Ageng), seperti Kusumastuti, Pamularsih, Maduretna, Lebdajiwa, Kusumawicitra, Sudiradraka, Basanta, Mangga Iagita, Sikarini, Nagabanda, Banjarsari, Tepikawuri, Bremarakrasa, Kuswarini, Sarapada, Tebukasol, Madayanti, Sudirawicitra, Meraknguwun, dan Candrakusurna.
  • Tembang Tengahan (Sekar Tengahan), seperti Balabak, Wirangrong, Jurudemung, Dudukwuluh, Pangajabsih, Lontang, Palugon, Pranasrnara, Rangsang Tuban, Sardhula Kawekas, Kenya Kedhiri, Sari Mulat, dan Rarabentrok.
  • Tembang Macapat (Sekar Macapat) seperti Maskumambang, Pocung, Gambuh, MijiI Kinanthi, Megatruh, Asmaradana, Durma, Pangkur, Sinom, dan Dhandhanggula.

Puisi-puisi lisan yang berbentuk tembang juga dikenal oleh suku Madura, dimana dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh sastra Jawa. Pengaruh sastra Jawa dapat diperhatikan pada puisi-puisi (lisan) dalam bentuk tembang seperti Artate, Salanget (Kenanthe), Pocong, Mejil, Maskumambang, Durrna, Kasmaran, Senom, dan Pangkor.

Suku Osing di Kabupaten Banyuwangi juga mengenali tembang, misalnya Seblang Lukinta, Sekar Jenar, Liliro Kantun, Liliro Gile, Cengkir Gading, Dlimoan, Kembang Pepe, Embat-Embat, Condro Dewi, Opak Apem, Punjari, Layar Kumendung, Krimping Sawi, Celeng Mogok, dan Ratu Sabrang. Tembang-tembang ini biasa dinyanyikan oleh penari Gandrung atau Seblang pada saat pagelaran.

Seni Kerajinan Rakyat Jawa Timur

Bentuk hasil budaya masyarakat Provinsi Jawa Timur yang lainnya yaitu seni kerajinan. Penyebarannya meliputi seluruh wilayah Jawa Timur dengan ciri khas daerah masing-masing. Hasil seni kerajinan rakyat daerah Jawa Timur antara lain yaitu hiasan-hiasan bambu, barang-barang dari kuningan, tenun, ukiran, gerabah, batu onyx, dan batik. Pusat hasil kerajinan masyarakat Jawa Timur antara lain di berbagai daerah berikut ini.
  1. Bambu = Lamongan, Magetan, Banyuwangi, Tuban, Ponorogo, Pacitan, Mojokerto, Bawean, Jember, Lumajang, Ngawi, Kediri, Blitar, dan Probolinggo.
  2. Kayu = Surabaya, Blitar, Sumenep, Malang, Banyuwangi, Tuban, Ponorogo, Madiun, Bojonegoro, Ngawi, Magetan, Sampang, Pamekasan, Kediri, Lamongan, Bondowoso, Probolinggo, Pasuruan, dan Trenggalek.
  3. Anyaman tikar = Lamongan, Bawean, Ngawi, Madiun, Jember, Pamekasan, dan Sumenep.
  4. Batuan akik (onyx) = Tulungagung, Malang, Nganjuk, Trenggalek, dan Bojonegoro.
  5. Tenun = Lamongan, Sidoarjo, Kediri, Pasuruan, Gresik, Tuban, Probolinggo, dan Mojokerto.
  6. Batik = Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Bangkalan, Sumenep, Sampang, Pamekasan (batik madura), Mojokerto, Gresik, Ngawi, Lumajang, dan Tuban (batik gedrog).
  7. Kulit = Magetan, Ponorogo, Surabaya, Sidoarjo, Tulungagung, Blitar, dan Jombang.
  8. Tembaga = Situbondo, Bondowoso, Pasuruan, Mojokerto, Jombang, Tulungagung, Magetan, Surabaya, dan Probolinggo.
  9. Gamelan = Magetan.

Demikian Artikel tentang "Kesenian Tradisional di Provinsi Jawa Timur Lengkap Penjelasannya" yang dapat kami tulis untuk Anda. Terima Kasih Telah Mengunjung Website “Kesenianku” Semoga Dapat Menambah Wawasan Anda Dalam Kesenian-Kesenian Di Indonesia.


Artikel Reog Ponorogo





Reog Ponorogo merupakan salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan kota Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, Warok dan Gemblak merupakan sosok yang ikut tampil pada saat Pertunjukkan Reog. Reog adalah salah satu bukti asli kesenian daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Pada hakikatnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun ada salah satu cerita yang paling terkenal yaitu cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Ki Ageng Kutu Merupakan Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu marah akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan sebuah perguruan dimana ia mengajarkan kepada anak-anak muda ilmu seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini yang akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit suatu saat nanti. Sadar bahwa pasukannya terlalu sedikit untuk melawan pasukan kerajaan maka Ki Ageng Kutu Menyampaikan pesan politisnya melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pertunjukan seni Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Dalam Pagelaran Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singo Barong", raja hutan, dan dijadikan simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala tingkah-lakunya.

Jatilan, yang diperankan oleh sekelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang topeng singobarong yang sangat berat.

Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil sebuah tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruannya dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun para murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Meskipun begitu, kesenian Reog sendiri masih diperbolehkan untuk dipertunjukkan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo saat ini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat untuk melamar putri Kediri yang bernama Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegah oleh Raja Singobarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono sewandono dan bersama patihnya yaitu Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini mempunyai ilmu hitam yang mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan trance (kerasukan makhluk halus) saat mementaskan tariannya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang sudah menjadi warisan dari leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga sampai saat ini. Upacaranya pun menggunakan persyaratan yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka mengikuti garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Tarian Reog Ponorogo
Kesenian Reog Ponorogo terdiri dari beberapa dua sampai tiga tarian pembukaan. Sekitar enam sampai sembilan pria gagah berani yang memakai pakaian serba hitam dan majahnya dirias warna merah dengan membawakan tarian pertamanya. Digambarkan oleh para penari ini merupakan sesosok singa yang pemberani. kemudian datang enam hingga sembilan gadis menunggangi kuda-kudaan dan melanjutkan tarian Reog itu. Pada Kesenian Reog tradisional, biasanya para penari ini diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian seperti wanita. Sebagai tarian pembukaan, biasanya ada beberapa anak kecil yang membawakan tarian dengan adegan lucu yang dikenal dengan sebutan tarian Bujang ganong.
Saat tarian pembukaan sudah selesai, selanjutnya pertunjukkan inti yang isinya adalah sesuai dengan kondisi dimana seni reog itu ditampilkan pada acara apa. Misalkan jika berhubungan dengan acara pernikahan, maka biasanya di adegan inti itu mereka menampilkan tarian dengan adegan percintaan. Atau semisal berhubungan dengan acara khitanan, maka biasanya bercerita tentang seorang pendekar yang pemberani.
Adegan dalam seni Reoig Ponorogo ini biasanya tidak sesuai dengan skenario yang telah dibuat. Untuk memeriahkan acara, selalu ada interaksi antara dalang dengan para pemain, atau kadang-kadang juga dengan penontong yang hadir. Apabila seorang pemain yang sedang tampil kelelahan, biasanya dia diganti oleh pemain yang lain. Namun ,hal yang terpenting juga adalah kepuasan yang dapat dirasakan oleh penonton itu sendiri. Pada adegan terakhir dari pementasan seni ini adalah Tarian Singo Barong. Para pemain menggunakan topeng yang berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu merak hingga menyerupai kipas. Asal kalian tau, berat topeng Singa Barong itu bisa mencapai 50-60 kg. Topeng itu mereka topang dengan menggunakan giginya. kemampuan yang diluar nalar itu mereka peroleh dengan latihan yang berat, yang didalamnya juga terdapat latihan spiritual seperti berpuasa dan bertapa.
Macam Macam Tampilan Tari Kesenian Reog Ponorogo :
1.    Tari Warok (Prajurit Yang Sakti)

Warok itu berasal dari kata wewarah merupakan orang yang mempunyai tekad suci dalam memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa imbalan (Pamrih). Falsafah Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena ia mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik dan benar .Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok merupakan orang yang sudah sempurna dalam tingkah laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).
Warok adalah karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging (diturunkan) sejak zaman dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang mereka kepada generasi penerus. Warok juga merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu lahir maupun batin.
2.    Tari Jathilan (Jaranan)

Jathilan ini awal mulanya diperagakan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng akan tetapi mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim dari kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan acara PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan Gerak tarinya lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo itu lebih cenderung pada halus, lincah dan genit. Hal ini didukung oleh pola gerakan tari ritmis yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik. Jathil adalah prajurit penunggang kuda dan merupakan salah satu tokoh dalam Kesenian Reog Ponorogo. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan (Kelincahan) prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini diperagakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan penari lainnya saling berpasang-Pasangan. Ketangkasan (Kelincahan) dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda dapat ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari Jathilan.
3.    Singa Barong (Dadak merak)

Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling menonjol dalam pagelaran kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (barongan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata atau ditancapkannya bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit manik - manik (tasbih). Krakap yaitu terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group/kelompok kesenian reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50-60 kilogram.
4.    Tarian Raja Klono Sewandono 

Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang mempunyai pusaka andalan yaitu berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka berupa pecut tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di peragakan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, Pernah suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinya pun terkadang diperagakan seperti seorang yang sedang kasmaran.
5.    Tarian Bujang Ganong

Patih Pujangga Anom (Ganongan)  adalah salah satu tokoh yang enerjik,lincah dan kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam ilmu seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh para penonton khususnya anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang berkemauan keras, cekatan, cerdik, jenaka dan sakti.